Monday, February 06, 2006

Freedom...

Donna Donna
On a wagon bound for market
There's a calf with a mournful eye
High above him there’s a swallow
Winging swiftly through the sky

Refrein:
How the winds are laughing
Theylaugh with all their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summers night
Donna donna donna donna
Donna donna donna don
Donna donna donna donna
Donna donna donna da

Stop complaining said the farmer
Who told you a calf to be
Why don't you have wings to fly with
Like that swallow so proud and free

Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly

Pertama kali dengar lagu ini di film GIE, dinyanyikan oleh Sita RSD dan sampai sekarang ngga tahu lagu ini aslinya dibuat dan dinyanyikan oleh siapa. I fall in love with the song since the first time. Meskipun waktu itu belum sempat nangkap keseluruhan liriknya, tapi setidaknya dapat kata kuncinya: freedom.

Siapa Donna yang dimaksud, apakah si anak sapi (tapi katanya him?) si burung walet atau si petani aku nggak tahu. Tapi intinya adalah sebuah mimpi tentang kebebasan dari suatu pihak yang dikekang kebebasannya oleh pihak lain, yang tidak pernah dapat menentukan nasibnya sendiri, bahkan alasan atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Waktu kecil, aku sering mengkhayalkan punya sayap yang akan membawaku terbang bebas kemanapun aku mau (sampai sekarang juga sih kadang-kadang kalau lagi macet abis-abisan dan sudah telat :p). Makanya juga aku ngga mendukung saat bapakku mempelihara burung di rumah, sampai satu per satu burung itu mati dan akhirnya dihibahkan pada orang lain. Tentang si “Donna” aku memang bukan vegetarian yang pantangan makan produk hewan, jadi ketika mereka memang masuk dalam rantai makanan ya sudahlah. Setiap makhluk kan punya tugas masing-masing di dunia ini dan posisinya sendiri dalam rantai makanan. Tapi ketika manusia mengekang kebebasan makhluk lain hanya untuk kesenangannya seperti orang-orang yang memelihara binatang peliharaan yang dikodratkan untuk hidup bebas, itu jadi tidak adil.

Untuk manusia sendiri yang katanya punya akal dan kehendak bebas, berapa banyak kah yang sudah terbebaskan? Pada kenyataannya masih sangat banyak orang yang tertindas dan tak berdaya melawan ketertindasannya. Entah ketertindasan dalam hal ekonomi, politik, sistem atau bahkan budaya.

2 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
EB VISIANTO said...
This comment has been removed by a blog administrator.