Monday, October 16, 2006

Is He Really Your Mr. Right?

Tadi malam, seorang sahabatku, sebut saja namanya A mengumpulkan teman-teman dekatnya termasuk aku untuk memberikan undangan pernikahannya. Ia akan menikah bulan depan, dengan seorang laki-laki pilihan hatinya yang baru dikenalnya beberapa bulan. Aku bahagia untuknya tentu saja, karena dia sudah menemukan ketetapan hati untuk membina rumah tangga dengan orang itu. Dan apapun yang dikatakan orang lain tidak akan merubah keyakinannya. Tapi aku ngga bisa menyembunyikan kekhawatiranku, ketika sahabatku itu akan mengikatkan dirinya dengan orang yang belum pernah ia tahu bagaimana realitas kesehariannya, kecuali dari seberkas biodata, beberapa kali pertemuan formal dan cerita dari orang-orang terdekat si lelaki itu (yang meskipun mereka jujur, aku ragu bahwa hal detil kecil printil-printil yang sebenarnya penting tidak luput). Aku curiga, apapun yang dikatakan lelaki itu dalam dialog-dialog formal mereka mungkin saja sudah dipersiapkan matang-matang sebelumnya. Secara aku setiap hari di kantor dibombardir dengan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga, bahkan dari pasangan yang sudah pacaran 10 tahun, menikah 15 tahun, apalagi yang baru kenal 1-3 bulan. Dan untuk orang seperti sahabatku itu, aku yakin sekali (dan dia juga mengakuinya) jika hal sedemikian terjadi ia akan menganggap bahwa apapun itu adalah kehendak Tuhan dan konsekuensi dari pilihannya yang harus ia emban. Hmm…

Aku memberinya saran (mungkin juga ia menganggapnya intimidasi, tapi apapun itu aku juga ngga yakin dia akan melaksanakan saranku), untuk melakukan semacam “orientasi”. Tentu saja untuk menguatkan argumenku, aku menggunakan hadis yang mengatakan bahwa jika kita ingin mengenal seseorang cara yang terbaik adalah (bertingkat) mulai dari bicara, bepergian bersama, sampai tinggal bersama. Tentu aku tidak menyarankan A untuk pacaran dengan lelaki itu, tapi untuk mengambil masa orientasi, misalnya dengan bepergian bersama seharian penuh. Disitu akan keliatan realitasnya, bagaimana ia hidup, mengelola emosi, memandang segala sesuatu dan mengatasi hambatan, kecerdasan intelegensia, emosional dan spiritualnya. Yang pasti menurutku, ada nilai-nilai tertentu yang kita utamakan dan juga kita harapkan dalam pasangan, dan itu nggak cukup hanya dengan perkataan. Semua orang bisa saja bilang aku ini jujur baik hati tidak sombong dan suka menolong sebagaimana sumpah pramuka yang dihafal sejak SD, tapi tidak semua orang mau menolong orang yang kesusahan dalam kehidupan nyata (itu mungkin makanya kapitalis televisi membuat reality show “Tolong”) . Misalnya saja, bagiku penting untuk melihat sikapnya saat duduk di bus kota sementara ada ibu tua atau perempuan berdiri tidak dapat tempat duduk, saat seorang yang ceroboh tanpa sengaja menumpahkan minuman ke pakaiannya, ketika seorang anak kecil tiba-tiba melempari kepalanya dengan bola, atau ketika tiba-tiba di jalan bertemu dengan mobil mogok yang perlu didorong, ada orang yang kecopetan atau kecelakaan dan sebagainya.

Mungkin memang tidak mungkinmerubah pikirannya..tapi setidaknya hasil “orientasi” tersebut mungkin bisa dijadikan bahan evaluasi, dan seperti yang sering ia katakan, dapat dikomunikasikan antara mereka supaya bisa sejalan.
Apapun pilihannya, aku mendoakan yang terbaik untuknya.

Ini adalah dua buah artikel yang diforward kepadaku lewat suatu milis sejak beberapa tahun lalu dan kusimpan karena saat itu adalah pertamakalinya aku memikirkan tentang pernikahan (dan aku pikir bener banget) Please read (aku juga mengirimkannya kepada A).

HOW WILL I KNOW IF I MET THE PERSON I SHOULD MARRY

The choice of a marriage partner should not be based on "I get a warm, wonderful feeling whenever we're together and I want to have that warm wonderful feeling forever, so let's go get married". Feelings, as we have discussed, have no logic on their own. They need to be acknowledged, of course, but they need considerable assistance from your brain.

Marriage means choosing the person you will spend the rest of your life with. This, as you may have guessed, is a very long time to spend with one person. This person will live with you, eat meals with you, sleep with you, and go on vacation with you. More important yet, this person will share your children. You need to choose wisely. The decision should not be made based on feelings alone. You need to ask yourself some tough questions. The decisions have to be made on solid considerations.Will this person be a good partner? Is she mature enough to put her own selfish desires aside to look out for what is best for the family? Is he prepared to be a good provider? What is his track record? Is he responsible enough to get a good job and keep it?Will this person be a good parent? Can you stand the thought of your children turning out exactly like this person? They will, you know.

Children spend a lot of time with their parents and consequently pick up many or most of their parents' character traits. You had better like your spouse's traits a lot because you will be seeing them again in your children.If something were to happen to you, would you completely trust this person, alone, with the task of raising and forming your children? This is not a pleasant thought, but it is an important consideration. Not everyone dies at a ripe old age with great grandchildren gathered around the bed. Sometimes a parent dies and leaves young children in the care of the other parent. If you feel that you would need to be around to correct or lessen this person's influence on your children, then you are considering the wrong person.

Does this person share your faith in God? God does not give us children so that we can mold them into the coolest, most popular people in school. Our job is to get them to heaven. To do that, we need to raise them believing in God. It is tough to do that if only one parent believes.Saying "this is right and this is wrong, and I want you to ignore Mommy until you are thirty-five" does not work. Small children ask about eight zillion questions in a single day. The answers to those questions go a long way toward forming the kind of adults they will become. Who will be answering those questions for your children?

Does this person you are marrying have sexual self-control? Single people sometimes have this idea that marriage is just some kind of lifelong sex festival and that as long as they have each other, they will never be tempted by other people. Wrong! There are many times in every marriage when one partner or the other is sexually unavailable - illness, the last months of pregnancy, travel. There are also times when spouses, just get on each others' nerves.At times like this, other people can seem very appealing. That can be dangerous, because there are plenty of very attractive people out there who are willing to make them available to married men and women. Do you want someone who has never said "no" to sex? If he is not good at saying "no" at eighteen, it won't be different at forty. Do you want to worry about whether or not your spouse is being faithful?

These are very important questions, and if you are not comfortable with all of the answers, you should definitely not marry this person.None if this is to say that feelings play no role at all in a marriage decision. You don't have to, "Well, I suppose that you would make a good spouse and parent, so even though I don't particularly like you I guess I'll marry you”. You need to be happy and excited about the prospect of spending your life with someone. Your brain however, must acknowledge that this person as a good catch.

Don't listen to your heart alone or your head alone. Wait until your heart and head agree.

(aku menggarisbawahi kalimat terakhir, karena teorinya begini, tapi sampai sekarang ini masih menjadi masalahku, dan banyak masalah orang lain kurasa).

TEN SIGNS YOU MARRY THE WRONG PERSON
By Dov Heller
With the divorce rate over 50%, too many are apparently making a serious mistake in deciding whom to spend the rest of their life with. To avoid becoming a "statistic," try to internalize 10 insights. 1. You pick the wrong person because you expect him/her to change after you're married.

The classic mistake! NEVER MARRY POTENTIAL!! The Golden Rule is, if you can't be happy with the person the way he or she is now, don't get married. As a colleague of mine so wisely put it, "You actually can expect people to change after their married...for the worst!" So when it comes to the other person's spirituality, character, personal hygiene, communication skills, and personal habits, make sure you can live with these as they are now.

2. You pick the wrong person because you focus more on chemistry than their character.
Chemistry ignites the fire, but good character keeps it burning. Beware of the "I'm in love" syndrome. "I'm in love" often means, "I'm in lust." Attraction is there, but have you carefully checked out this person's character?Here are four characteristics to definitely check for:
* Humility: -Does this person believe that "doing the right thing" is more important than personal comfort?
* Kindness: - Does this person enjoy giving pleasure to other people?* How does s/he treat people s/he doesn't have to be nice to?* Does s/he do volunteer work? Give to charity?
* Responsibility: -Can I depend on this person to do what s/he says s/he's going to do?
* Happiness: -Does this person like himself? Does s/he enjoy life?- Is s/he emotionally stable?Ask yourself :Do I want to be more like this person?Do I want to have a child with this person?Would I like my child to turn out like him or her?

3. You choose the wrong person because you do not share a common life goal and priorities.
There are three basic ways we connect with another person:a) Chemistry and compatibility) share common interestsc) share common life goal.Make sure you share a deeper level of connection that sharing life goals provide. After marriage, the two of you will either grow together or grow apart.To avoid growing apart, you must figure out what you're living for while you are single-and then find someone who has come to the same conclusion as you.This is the true definition of a soul mate. A soul mate is a goalmate ... two people who ultimately share the same understanding of life's purpose and therefore share the same priorities, values and goals.

4. You pick the wrong person because you do not have deeper emotional connection.
To evaluate whether you have a deeper emotional connection or not, ask: "Do I respect and admire this person?" This does not mean, "Am I impressed by this person?" We are impressed by a Mercedes. We do not respect someone because they own a Mercedes. Yes, you should be impressed by qualities of creativity, loyalty, determination, etc., but do you actually respect and admire this person who possesses these qualities?Also ask : "Do I trust this person?"This also means, "Is he/she emotionally stable? Do I feel I can rely on him/her?

5. You pick the wrong person because you choose someone with whom you don't feel emotionally safe.
Ask yourself the following questions:- Do I feel calm, peaceful and relaxed with this person?- Can I fully be myself and express myself with this person? Does this person make me feel good about myself?- Do you have a really close friend who does make you feel this way? Make sure the person you marry makes you feel the same way! Are you afraid of this person in any way? You should not feel you need to monitor what you say because you are afraid of how the other person will view it. If you're afraid to express your feelings and opinions openly, there's a problem with the relationship.

Another aspect of feeling safe is that you don't feel the other person is trying to control you.Controlling behaviors are a sign of an abusive person. Be on the look out for someone who is always trying to change you There is a big difference between "controlling" and "making suggestions." A suggestion is made for your benefit; a control statement is made for their benefit.

6. You pick the wrong person because you don't put everything on the table.Anything that bothers you about the relationship must be brought up fordiscussion. Bringing up the uncomfortable stuff is the only way to evaluate how well the two of you communicate, negotiate, and work together. Over the course of a lifetime, difficulties will inevitably arise. You need to know now, before making a commitment: Can you resolve your differences and find compromises that work for both of you? Never be afraid to let the person know what bothers you.This is also a way for you to test how vulnerable you can be with this person. If you can't be vulnerable, you can't be intimate. The two go hand in hand.

7. You pick the wrong person because you use the relationship to escape from personal problems and unhappiness. If you are unhappy and single, you'll probably be unhappy and married, too. Marriage does not fix personal, psychological and emotional problems. If anything, marriage will exacerbate them. If you are not happy with yourself and your life, take responsibility to fix it now while you are single. You'll feel better and your future spouse will thank you.>
8. You choose the wrong person because you get involved sexually too quickly.

This can be a big problem because it often precludes a fully honest exploration of important issues. Sexual involvement tends to cloud one's mind And a clouded mind is not inclined to make good decisions. It is not necessary to "test drive" in order to find out if a couple are sexually compatible. If you do your homework and make sure you are intellectually and emotionally compatible, you don't have to worry about sexual compatibility.Of all the studies on divorce, sexual incompatibility is never cited as a main reason why people divorce.

9.You pick the wrong person because the man doesn't understand what a woman needs most.
Men and women have unique emotional needs and more often than not, it is the man who just doesn't get it. The unique need of a woman is to be loved. -To feel that she is the most important person in her husband's life. The husband needs to give her consistent, quality attention. Sexual intimacy is always on the woman's terms. Men are goal oriented especially when it comes to this area. As a wise woman once pointed out, "Men have two speeds: on and off." Women are experience oriented. When a man is able to switch gears and become more experience-oriented, he will discover what makes his wife very happy. When the man forgets about his own needs and focuses on giving his wife pleasure, amazing things will happen.
10.You pick the wrong person because he/she is involved in a triangle. To be "triangulated" means a person is emotionally dependent on someone or something else while trying to develop another relationship. A person who hasn't separated from his or her parents is a classic example of triangulation. People can also be triangulated with things as well, such as work, drugs, Internet, hobbies, sports or money. Be careful that you and your partner are free of triangles. The person caught in triangle It cannot be fully emotionally available to you. You'll not be their number one priority.And that's not basis for a marriage.

Ya semoga saja aku tidak melupakan teori-teori ini ketika saatku tiba nanti…

Tuesday, August 22, 2006

Mengapa Harus Takut pada Matahari?


Aku ingin nyanyikan lagu
Buat orang-orang yang tertindas
Hidup di alam bebas
Dengan jiwa yang terpapas
Dengan jiwa yang terpapas

Kenapa harus takut pada matahari
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari
Nyalakan api dalam hati
Usir segala kelamnya

Aku ingin nyanyikan lagu
Bagi kaum-kaum yang terbuang
Kehilangan semangat juang
Terlena dalam mimpi panjang
di tengah hidup yang bimbang

Di lorong- lorong jalan
Di kolong- kolong jembatan
Di kaki-kaki lima
Di bawah menara
Kau masih mendekap derita
Kau masih mendekap derita

Aku ingin nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa air mata dan kesengsaraan
Agar dapat melihat surga
Agar dapat melihat surga

Kenapa harus takut pada matahari
Kepalkan tangan dan halau setiap panasnya
Kenapa harus takut pada malam hari
Nyalakan api dalam hati
Usir segala kelamnya
Usir segala kelamnya
Usir segala kelamnya

Lagu “Serenada” ini sepertinya pertamakali dipoulerkan oleh KPJ (Kelompok Penyanyi/Pengamen Jalanan?) tahun 80-an, yang salah satu anggotanya pada masa itu adalah Iwan Fals. Lagu ini sudah jadi lagu kebangsaan dari kaum miskin kota,dinyayikan oleh pengamen jalanan dari anak-anak sampai orang tua, bahkan begitu sering dinyanyikan oleh para anggota komunitas rakyat miskin kota untuk mengiringi perjuangan mereka, dalam berbagai diskusi komunitas, demonstrasi dan sebagainya. Sekarang lagu ini kembali dipopulerkan oleh dengan grup reggae Steven and the Coconut Trees. Sebuah lagu yang menyiratkan optimisme, keberanian menghadapi hidup.

Sekarang jadi salah satu nada dering di HP-ku..scara masih suasana hari kemerdekaan, smoga lagu ini tidak hanya bisa jadi lagu perjuanganku. Semoga dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk berjuang bangkit dari ketertindasan.

Wednesday, June 07, 2006

Kepada Orang-orang yang Merasa jadi Wakil Tuhan di Dunia

No Matter What

No matter what they tell us
No matter what they do
No matter what they teach us
What we believe is true

No matter what they call us
How ever they attack
No matter where they take us
We’ll find our own way back

I can deny what I believe
I can’t be what I’m not
I know my love forever
I know no matter what

If only tears were laughter
If only night was day
If only prayers were answers
Then we would hear God says

No matter what they tell you
No matter what they do
No matter what they teach you
What you believe is true

And I will keep you safe and strong
Shelter from the stone
No matter where it’s barren
Our dream is big and bold

No matter who they follow
No matter where they be
No matter how they judge us
I’ll be everyone you need

No matter if the sun don’t shine
If the sky aren’t blue
No matter what the ending
My life be heir with you

I can deny what I believe
I cant be what I’m not (I know I’m not)
I know this lasts forever

That’s all that matters now
No matter what
No matter what
No no matter what
That’s all that matters to me

Mungkin jiwa dari lagu itu yang disenandungkan oleh Lia Eden dan penganutnya saat menjalani Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap dakwaan penodaan agama yang dikenakan kepada Lia Eden, ditengah pandangan aneh ratusan orang dengan pikiran mereka masing-masing.

Persidangan itu mengingatkan ku kembali pada perdebatan ku di milis SMU ku dengan beberapa teman yang dimulai dengan forward-an ku tentang petisi kebebasan beragama yang diinisiasi oleh JIL.

Waktu itu, berkaitan dengan Fatwa MUI yang telah dikeluarkan sejak tahun 1980-an yang menganggap Ahmadiyah sesat, yang kemudian dikuatkan lagi oleh MUI Bogor, yang kemudian berujung pada penyerangan Kampus Mubarak dan jamaah Ahmadiyah di Parung, Bogor.

Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam konferensi persnya tanggal 14 Juli mencatat, sejak 1997 saja sudah ada 21 kali tindakan pemberangusan orang ataupun kelompok yang dianggap “sesat”. Padahal, di samping bunyi butir referendum atau “seruan” tokoh agama dan tokoh masyarakat itu, negara sesungguhnya telah menjamin kemerdekaan berkeyakinan seluruh anak bangsa sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan Pasal 4 UU No 39/1999 tentang HAM, yang berbunyi, "hak kebebasan pribadi, pikiran, nurani dan hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun", serta pasal 29 (2) UUD 1945 hasil Amandemen yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Indonesia bukan negara sekuler, tapi juga bukan negara agama, apalagi negara Islam. Tidak seperti Iran yang menjadikan Syiah sebagai aliran agama resmi (meski kemungkinan suatu saat nantinya di Indonesia bisa jadi dianggap sesat oleh MUI). Pemilihan suatu aliran agama resmi juga terkait dengan siapa yang jadi penguasanya. Seorang temanku bilang, Islam itu satu, tentu saja. Jadi kenapa musti meributkan Ahmadiyah? Aku sih percaya bahwa agama adalah hal yang paling mendasar, menyangkut hubungan seseorang dengan Tuhannya, vertikal, ngga bisa dicampuri orang lain, negara sekalipun. Agama adalah jalan untuk menuju hubungan tersebut. Jadi kalau ada saudara-saudara kita yang mau menempuh jalan lain untuk mencapai tujuan yang sama, bukan hak kita untuk melarang. Dan kembali lagi pada prinsip agung “bagimu agamamu dan bagiku agamaku” Rasullulloh saja ngga akan memerangi kaum kafir kecuali jika dianggap membahayakan bagi muslim. Kalau kita (muslim) bisa hidup dengan orang-orang yang beragama lain, mengapa kita tidak bisa hidup dengan orang yang seagama, sholatnya sama, syahadatnya sama, kitabnya sama, dan banyak sama2 yang lain dengan sedikit perbedaan penafsiran?Ternyata Kamis malam tanggal 28 Juli 2005, MUI menutup Munas-nya dan mengeluarkan 11 fatwa, yang diantaranya adalah mengharamkan pluralisme dan liberalisme, serta menyatakan kembali bahwa Ahmadiyah sesat. Termasuk juga fatwa yang mendefinisikan kepentingan umum (ini berkaitan dengan Perpres 36/2005 yang kontroversial yang disebut2 sebagai pesanan pemerintah khususnya SBY dan Sutiyoso) dan tentang HAKI (hak atas kekayaan intelektual-pesanan kapitalis terutama Microsoft, padahal bukannya dalam Islam semua ilmu adalah milik Allah untuk kebaikan seluruh umat, manusia hanya corong, jadi bagaimana mungkin manusia mengambil keuntungan berlipat2 dari ilmu Allah?).

Saya mendapat cerita, orang yang melakukan teror di Ahmadiyah. Mereka teriak, berpapasan dengan orang-orang HAM, ini bukan lagi hak manusia, tapi sudah merupakan hak Tuhan. Biar saja Tuhan menutup Ahmadiyah itu. Jangan kamu dong yang menyerang dengan terorisme. Nah, fatwa MUI ini menimbulkan keresahan dan aksi yang tidak terkontrol dan MUI tidak keluarkan fatwa tentang hal ini. Saya dapat informasi, ada orang dari Garut, datang menceritakan betapa rombongan orang datang, dipimpin oleh seorang jawara. Kemudian mereka datangi kantor cabang Ahmadiyah di situ, ketuanya dipanggil. Orang itu memang ahli jawara. Dia bawa pedang dan golok, ditaruhkan di leher si ketua Ahmadiyah itu, dipaksa untuk menandatangani. Isinya, bahwa kami betul-betul telah insyaf dari kesesatan kami, kami menyatakan keluar dari Ahmadiyah dan masuk Islam. Masa orang disuruh masuk Islam dengan golok ? (Dawam Raharjo, cendekiawan muslim, dalam diskusi `Menyikapi Perbedaan Pasca Fatwa MUI` Waktu : Kamis, 4 Agustus 2005 pukul 13.05 s/d 14.30 di Hotel Mandarin Jakarta yang disiarkan di 89,2 FM Radio Berita 68h)

Pada waktu itu, aku sendiri mendengar berbagai keluh kesah dari seorang temanku yang Ahmadiyah, yang sangat kutahu keshalihan dan ketaatan ibadahnya (bahkan yang kuingat dia adalah orang yang sering mengingatkan teman-temannya untuk berdoa sebelum makan) dan sangat menjunjung tinggi prinsip (atau motto) yang dianut Ahmadiyah: may god bless us all and may god forgive those who didn't know.
Berikut ini adalah petikan e-mail dari Djohan Effendi dari ICRP tanggal 11 Agustus 2005:Kebebasan berkeyakinan melekat pada eksistensi manusia dan karena itu manusia dibebani tanggung jawab atas pilihannya. Kebebasan itu adalah anugerah Tuhan yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Allah s.w.t. berfirman dalam al-Quran: "Dan katakanlah kebenaran dari Tuhan kalian maka barangsiapa mau silahkan beriman dan barangsiapa mau silahkan kafir" (Al-Kahfi 29). Dengan demikian bukankah merampas kebebasan manusia yang bersifat primordial dan eksistensial itu sama artinya dengan merampas otoritas Tuhan? Kalau manusia diberi kebebasan untuk beriman atau tidak maka apakah manusia yang menganut suatu agama dipaksa hanya menganut hanya satu penafsiran tentang ajaran-ajaran agama itu? Saya rasa pertanyaan ini tidak realistik karena dalam kenyataan tidak pernah ada penafsiran tunggal terhadap ajaran-ajaran agama. Tidak hanya tentang masalah-masalah furu'iyah (ranting) tapi juga masalah-masalah ushuliyah (pokok). Dalam perspektif agama Islam, perbedaan pemahaman dan penafsiran itu terjadi tidak hanya dalam masalah-masalah fikih tapi juga dalam masalah-masalah akidah. Perbedaan antara sunni, syiah dan mu'tazilah adalah perbedaan dalam masalah akidah. Begitu pula perbedaan antara para filosof, mutakallimin dan sufi. Perbedaan itu menyangkut tentang konsep mengenai Tuhan, kenabian, kehidupan akhirat, tentang sorga dan neraka, tentang kejadian alam dan sebagainya. Dibandingkan dengan pendapat para filosof islam yang seperti dikritik oleh al-Ghazali berpendapat bahwa alam ini azali, pengetahuan Tuhan terbatas hanya pada masalah-masalah kulliyah (universal) tidak mencakup masalah-masalah juz'iyah (partikular), kehidupan akhirat bersifat ruhaniyah tidak jasmaniyah, maka penafsiran tentang khatamun nabiyyin sebagaimana dianut oleh Jemaat Ahmadiyah belumlah terlalu mendasar.

Abdul Moqsith Gozali juga menulis di website JIL: Allah lah yang akan memutuskan di akhirat kelak tentang ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang atau tidak. Allah SWT berfirman di dalam Alquran, inna rabbaka huwa yafshilu baynahum yawmal qiyamah fi ma kanu fihi yakhtalifun (sesungguhnya Tuhanmu yang akan mengambil kata putus atas perselisihan yang berlangsung di antara mereka, kelak pada hari kiamat). Di tempat yang lain, Allah SWT berfirman, inna rabbaka huwa a’lamu biman dlalla ‘an sabilihi wa huwa a’lamu biman ihtadza (sesungguhnya Tuhanmu adalah yang paling tahu perihal seseorang yang tersesat dari jalannya dan yang mendapatkan petunjuk).

Minoritas diasingkan sebagai “agama” non Islam. Tapi kembali lagi, saat ini Indonesia bukan negara agama, apalagi negara Islam. Tapi sungguhkah kita ingin seperti itu? Mengasingkan dan menghanguskan kelompok-kelompok yang kita duga termasuk 73 kelompok yang akan dihanguskan lagi di akhir zaman itu?

Lia Eden dengan Tahta Suci Kerajaan Eden-nya (dulu bernama Salamullah sehingga dianggap sebagai aliran Islam “sesat”) seperti yang kupahami selintas dari berbagai berita, juga VCD yang perneh mereka kirimkan ke kantor, terlahir sebagai reaksi terhadap kegalauan (mungkin) terhadap berbagai agama mainstream yang selalu bertentangan dan bertikai satu sama lain baik terbuka maupun tidak. Yang kulihat mereka melakukan semacam sinkretisme dari apa yang mereka anggap baik dari Islam, Budha, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu bahkan juga ada ajaran kejawen disitu. Tegas mereka mengatakan bahwa mereka bukan Islam, sehingga seharusnya mereka tidak dikenai pasal penodaan agama. Seperti yang terjadi pada Ahmadiyah dan juga berbagai kelompok agama lainnya, pada suatu hari rumah ibadah mereka diberangus dan dua pimpinan mereka ditangkap. Tapi pengikut mereka tetaplah loyal, dan aku bersyukur mereka masih diperlakukan dengan baik sampai saat ini. Setiap kali sidang, mereka selalu datang, laki-laki perempuan dewasa anak-anak hingga bayi dengan pakaian putih mereka yang khas.

Apakah penjara bagi Lia Eden nantinya mampu menghilangkan kepercayaan mereka terhadap apa yang mereka anut?

Agama dan keyakinan adalah hal yang paling pribadi, dan cinta umat kepada Tuhan-nya seharusnya melebihi kecintaaan pada apapun di dunia ini. Dengan memfatwa satu aliran sesat, dengan membakar tempat ibadah mereka, apakah akan mematikan mereka? Apakah mereka kemudian akan melepaskan keyakinannya dan kemudian mengikuti keyakinan mayoritas? Tidak, keimanan atas apa yang mereka yakini akan tetap hidup dalam hati mereka, justru tekanan yang mereka alami justru akan membuat mereka semakin membangun kekuatan. Dan keyakinan memilih suatu agama harusnya berasal dari kesadaran kritis, bukan hanya kesadaran semu. Kita (yang muslim) memilih Islam bukan karena orangtua kita Islam dan dari kecil dididik dengan Islam, tapi karena kita sudah tahu dengan sadar dan bertanggungjawab alasan kenapa kita memilih Islam dan bukan yang lain.

Sehingga kalau mau menarik mereka ke keyakinan mainstream, ajaklah dialog (dialog antar agama dan keyakinan seperti yang diperjuangkan oleh JIL, ICRP, MADIA dan sejenisnya). Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena punya akal pikiran yang nggak bisa dikuasai orang lain, nggak seperti kerbau atau kuda yang harus dipecut, atau lumba-lumba yang harus dikasih makan dulu untuk melakukan apa yang kita mau. Dan sungguh, setelah aku bergaul dan berdiskusi dengan berbagai agama dan keyakinan justru aku malah semakin meyakini pilihan yang aku anut.

Malahan, ini yang aku takutkan, pemberangusan terhadap mereka akan menimbulkan kebencian yang akan terwariskan dari zaman ke zaman. Apakah kita mau hidup di tengah kebencian tersebut? Dan kalau pemfatwaan sesat ini terus menerus dibiarkan, akan lebih banyak lagi kebencian, permusuhan dan konflik. Lalu bagaimana dengan cita-cita perdamaian dan rahmatan lil alamin yang menjadi jiwa Islam?
Sebagai penutup, ini adalah puisi dari KH A. Mustofa Bisri, ketua NU yang aku dapat tanggal 10 Agustus 2005.
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Pekik kalian menghalilintar
Membuat makhluk-makhluk kecil tergetar
Allahu Akbar! Allah Maha Besar
Urat-urat leher kalian membesar
Meneriakkan Allahu Akbar
Dan dengan semangat jihad
Nafsu kebencian kalian membakar
Apa saja yang kalian anggap mungkar
Allahu Akbar, Allah Maha Besar!
Seandainya 5 miliar manusia
Penghuni bumi sebesar debu ini
Sesat semua atau saleh semua
Tak sedikit pun memengaruhi
Kebesaran-Nya
Melihat keganasan kalian aku yakin
Kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman
Yang kasih sayang-Nya meliputi segalanya
Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakan-Nya
Ketika dengan pongah kau melibas mereka
Yang sedang mencari jalan menuju-Nya?
Mengapa kalau mereka
Memang pantas masuk neraka
Tidak kalian biarkan Tuhan mereka
Yang menyiksa mereka
Kapan kalian mendapat mandat
Wewenang dari-Nya untuk menyiksa dan melaknat?
Allahu Akbar!
Syirik adalah dosa paling besar
Dan syirik yang paling akbar
Adalah menyekutukan-Nya
Dengan mempertuhankan diri sendiri
Dengan memutlakkan kebenaran sendiri
Laa ilaaha illallah!
2005

(kamarku, 4 Juni 2006)

Friday, April 21, 2006

GIE's theme song (nggak tahu judulnya)

Sampaikanlah pada ibuku

Aku pulang terlambat waktu

Ku akan menaklukkan malam

Dengan jalan pikiranku

Sampaikanlah pada bapakku

Aku mencari jalan atas smua keresahan ini

Kegelisahan manusia

Retaklah...malam yg dingin...

Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki malam

Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki keadilan

Berbagi waktu dengan alam

Kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya

Hakikat manusia

Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki malam

Tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki keadilan

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini semoga kutemukan jawaban

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini semoga kutemukan jawaban

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini semoga kutemukan jawaban

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini semoga kutemukan jawaban

Jawaban, jawaban, oh..

Love and War (is it really all fair?)

Berabad-abad manusia mengisahkan Helen of Troy untuk mengajarkan pada generasi bagaimana seorang perempuan dapat menjadi penyebab kehancuran sebuah negara besar. Tapi setelah ku nonton film Troy versi terakhir (dengan Brad Pitt sebagai Achilles dan Orlando Bloom sebagai Paris) berikan ku pandangan baru terhadap kisah ini. Sisi yang lebih manusiawi.

Seorang laki-laki, pangeran Paris dari Troy yang jatuh cinta pada Helen istri Menelaus, raja dari Sparta. Mereka saling mencintai, kemudian Paris membawa Helen kabur. Bangsa Troy, khususnya keluarga raja bukannya tidak tahu bahayanya dari masalah ini, tapi mereka mencintai Paris dan menganggap Helen pantas untuk diperjuangkan. Menarik juga petikan kata-kata Hector, kakak Paris yang menjadi panglima perang Troy untuk membakar semangat rakyatnya: '....,love your women, defend your country!'

Suami Helen tentu saja marah besar dan meminta bantuan saudaranya (lupa namanya) yang sekian lama memendam hasrat menaklukkan Troy. Dengan alasan itu mereka pun bergerak menyerang Troy. Tapi saudaranya itu (dan juga tentu saja sebagian besar rakyat dan tentara Sparta) tahu, mereka kesana bukan hanya sekedar membela kehormatan seorang laki-laki yang tidak dapat mempertahankan istrinya untuk tetap bersamanya.

Paris, demi keselamatan negara dan rakyatnya menyatakan bahwa ia bersedia bertarung dengan Menelaeus karena permasalahan ini adalah antara dua laki-laki, bukan antar dua negara. Tapi dalam pertarungan itu, Hector yang sadar kemampuan bertarung Paris terbatas maju membela adiknya. Akhirnya Paris selamat dan Menelaus mati. Hal ini makin membuat Sparta marah dan perang berlanjut.

Sparta membawa Achilles, panglima perang yang ditakuti dan terkenal karena kehebatan dan keberaniannya. Tapi dia tidak mau terlibat dalam perang itu karena dianggapnya tidak ada sesuatu yang layak diperjuangkan. Sampai kemudian sepupunya ikut berperang dengan menggunakan atribut miliknya dan dibunuh oleh Hector yang menyangka bahwa ia bertarung dengan Achilles. Kemudian itu menjadi perangnya, Hector pun mati ditangannya. Dengan dendam ia menyeret mayat Hector dengan keretanya sampai ke tendanya. Suatu hal yang menyentuh, saat itu ayah Hector yang juga raja Troy menyelinap pada malam hari ke tenda Achilles, mencium tangannya, memohon agar bisa membawa pulang mayat anaknya dan memberikannya pemakaman yang layak. Tersentuh dengan perilaku raja tersebut, Achilles mengizinkan dan menetapkan masa berduka cita sebagai periode gencatan senjata. Bahkan Achilles juga membebaskan Briseis, gadis Troy yang menjadi tawanan di kamp Sparta yang kemudian menjadi kekasihnya.

Tapi seperti kemudian seluruh dunia juga sudah tahu, Sparta dengan licik menggunakan religiusitas bangsa Troy untuk menghancurkan mereka. Mereka membuat patung kuda (trojan horse, sekarang malah jadi populer sebagai virus komputer) yang dikatakan sebagai persembahan bagi dewa yang dipuja oleh bangsa Troy, yang tentu saja diterima masuk tanpa curiga ke dalam benteng Troy yang terkenal tak dapat dimasuki selama ratusan tahun. Malam hari mereka keluar dari patung kuda itu dan melumpuhkan Troy yang sedang tertidur dan sama sekali tidak menduga adanya serangan.

Achilles ikut dalam pasukan itu, tapi dengan satu tujuan untuk mencari Briseis. Bahkan ia menyerang Sparta yang hendak melukai Briseis, akhirnya memang ia mati di tangan Paris, akan tetapi Briseis berhasil ia selamatkan dan diserahkan pada Paris. Troy hancur, meski sebagian keluarga kerajaan termasuk Paris, Briseis dan Helen berhasil menyelamatkan diri.

Kok jadi berdongeng tentang Troy ya? Entahlah, apakah dengan tujuan komersil pembuat film ini berniat menunjukkan sisi-sisi kemanusiaan dalam film perang ini ataukah memang ini yang terjadi sebenarnya. Yang ingin aku katakan adalah bukan perempuan, bukan Helen penyebab perang ini. Tapi nafsu kekuasaan, nafsu seorang suami yang ingin menguasai tubuh istrinya meski ia tahu hatinya sudah jadi milik orang lain, nafsu menguasai dan menaklukkan wilayah lain. Dan cinta disini, dijadikan alasan atau menjadi alasan orang melakukan segala sesuatu yang tak terpikirkan. Kekuatan cinta.

Someday We'll Know

90 miles outside Chicago

Can't stop driving

I don't know why

So many questions

I need an answer

Two years later, you're still on my mind

Whatever happened to Emilia Earhart

Who holds the stars up in the sky

Is true love once in a lifetime

Did the captain of the Titanic cry?

Someday we'll know

If love can move a mountain

Someday we'll know

Why the sky is blue

Someday we'll know

Why I wasn't meant for you

Does anybody know the way to Atlantis

Or what the wind says when she cries

I'm speeding by the place where I met you

For the 97th time tonight

(chorus)

Someday we'll know

Why Samson loved Delilah

One day I'll go

Dancing on the moon

Someday you'll know

That I was the one for you

I bought a ticket to the end of the rainbow

I watched the stars crash in the sea

If I could ask God just one question

Why aren't you here with me?

Tonight

(chorus)

Aku gak tahu sebenarnya siapa yang populerkan lagu ini pertamakali, tapi yang jelas pernah dibawakan oleh The Radicals, juga dinyanyikan sesorang bersama Mandy Moore dan jadi bagian soundtrack film "A Walk To Remember". Hal yang menyedihkan sebenarnya, tapi selalu membuatku terhibur dan bersemangat.

Sudah nonton film "Vina Bilang Cinta"? Di film itu dikatakan bahwa pada dasarnya semua makhluk di dunia ini punya mekanisme pertahanan diri. Seperti ular punya bisa, lebah punya sungut, cumi-cumi punya tinta. Untuk manusia, self defence mechanism itu adalah cinta. Cinta yang dapat membuat manusia dapat bertahan hidup diantara manusia yang lain. Cinta dapat memberikan pengalaman, mendewasakan dan menjadikan seseorang menjadi lebih baik. Yang memberikan kekuatan agar tahan diterpa gelombang, badai, panas, dingin. Meskipun tidak selamanya indah dan sesuai dengan harapan. Yang tetap bertahan meskipun sepertinya dunia menentang.. Selama sesorang masih memiliki cinta di hatinya, ia akan punya harapan yang akan terus menerus menginspirasinya dalam menjalani hidup.

Tapi ada juga orang yang justru menjadikan hatinya tidak mau mencintai sebagai mekanisme pertahanan diri agar tidak sampai sakit hati. Bahkan orang-orang tua selalu bilang, jangan sampai terlihat terlalu mencintai seseorang, karena orang itu bisa memanfaatkannya dan ketika itu berakhir, itu akan jadi teramat sangat sakit. Tapi ya itu sama saja dengan tidak mau hidup karena takut mati, tidak mau mandi karena takut basah.

Di lagunya The Corrs, "All The Love in The World" ada kepesimisan dari orang-orang yang kesepian bahwa cinta hanyalah ilusi untuk mengisi hari-hari sepi. Tapi aku masih mempercayainya. Bahwa cinta itu ada.

Banyak orang yang berhenti berharap dan percaya pada cinta setelah merasakan patah hati. Atau ketika orang yang telah dicintai malah menyakiti, atau bahkan mengkhianati. Atau ketika telah lelah mencari. Mungkin Tuhan memang menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu. Karena setiap rencana Tuhan itu sungguh indah. Banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita ,namun akhirnya Tuhan mempunyai hal yang indah dari hal hal yang kita tidak kehendaki sebelumnya (dan itu nggak hanya berlaku untuk cinta). Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

Percayalah b
ahwa suatu saat, love will finally found you. Someday you'll know.

Suka, Sayang dan Cinta

Di suatu milis, seorang berinisial YA menulis:

Saat kau MENYUKAI seseorang,kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya.
Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,"Bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,"Bolehkah aku memelukmu?"
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan menggenggam erat tangannya...
SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "Sudahlah, jangan menangis."
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis dipundakmu sambil berkata, "Mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama."
SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Ia sangat cantik dan menawan."
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Buatku dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku.."
Pada saat orang yang kau SUKA menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANG menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAI menyakitimu, kau akan berkata,"Tak apa dia hanya tak tahu apa yang dia lakukan."
Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus...
SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimanapun keadaannya.
SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela, bagai sang surya menyinari dunia.
Menarik, karena di milis yang lain ada yang menulis:

Dihadapan orang yang kau cintai, musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai, musim dingin tetap saja musim dingin hanya suasananya lebih indah sedikit
Dihadapan orang yang kau cintai, jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai, kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai, engkau hanya tersenyum saja
Dihadapan orang yang kau cintai, kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai, kata kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis, engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis, engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta.. ada perasaan yang lebih mendalam. Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah. Perasaan yang dapat membuat mu berkorban untuk orang yang kamu sayangi. Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi. Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia..walaupun harus kehilangan."

Dua pandangan yang ada bedanya. Perbedaan antara sayang dan cinta, sebuah perbandingan yang pernah aku perdebatkan dengan beberapa orang di masa yang lalu. Banyak orang yang tidak mempedulikan batasan dan perbedaan antara sayang dan cinta.

Buatku, suka adalah ketika kita melihat sesuatu yang menarik, dan hanya menganggap mungkin akan menyenangkan jika bisa memilikinya. Kita bisa saja menyukai Fauzi Baadila karena senyumnya atau aktingnya yang keren, tapi nggak berarti kita sayang, cinta atau menginginkan dia jadi pasangan hidup. Mungkin saja kita suka (”crush”) dengan seorang teman sekelas yang keren, tapi kemudian setelah melihat dia punya kekurangan, lama kelamaan jadi ilang feeling.

Sayang.., aku bisa menyatakan aku sayang pada orangtuaku dan orang-orang terdekatku, sahabat-sahabatku...bahkan aku bisa punya rasa kasih sayang pada orang-orang yang tergolong strangers. Itu hanyalah feeling yang alami, yang tumbuh ketika kita sering berhubungan dengan seseorang, mengetahui sisi yang membuat kita sayang pada mereka, menimbukan perhatian dan kepedulian.

Tapi kalau cinta, buatku ini adalah sesuatu yang lebih spesifik. Sesuatu yang mungkin jika ada hirarkinya memiliki tingkatan tertinggi setelah suka dan sayang. Sesuatu yang lebih dalam. Cinta memberikan kekuatan dan kemampuan menghadapai berbagai permasalahan hidup. Manusia mencintai Tuhan. Manusia juga mencintai satu orang tertentu dalam hidupnya. Aku menyayangi teman-temanku, tapi aku nggak bisa mengatakan aku mencintai mereka. Menurutku, orang hanya akan dapat mencintai satu orang dalam suatu waktu. Manusia hanya punya satu hati. Hati tidak dapat dipenjarakan dan dibohongi. Buatku cinta adalah ketika dapat mencintai seseorang dalam kondisi baik dan juga dalam kondisinya yang terburuk sekalipun. Sesuatu yang lebih bersifat kecocokan jiwa, chemistry, tidak dapat ditawar, tanpa syarat, tidak mengenal dan tidak diikuti dengan kata "karena" atau "tetapi" apalagi "jika" atau "asalkan". Bukan sekedar perhitungan kompatibilitas dan kriteria. Ketika bisa menerima seseorang apa adanya dengan segala kekuranggannya dengan ikhlas. Tapi tentunya bukan mencintai secara buta dan submisif, karena bagaimanapun kita tetap harus mencintai diri sendiri. Dan cinta nggak harus memiliki. Bahkan kata William Shakespeare, cinta sejati tidak harus berakhir bahagia, karena cinta sejati seharusnya memang tak berakhir. Banyak orang yang agak berat mengatakan cinta, tapi dapat dengan mudah mengatakan sayang.

Mungkin masalah ini hanya timbul karena masalah bahasa. Dalam bahasa inggris tidak ada perbedaan sayang dan cinta, orang bisa mengatakan "i love you" pada orangtua, saudara dan kekasihnya. Kata lain adalah "i care about you" yang kalau diindonesiakan berarti "aku peduli padamu" yang menurutku hanyalah salah satu unsur dari kasih sayang.

Entahlah, aku hanya tertarik untuk ngalor ngidul tentang ini saat ini meskipun mungkin banyak yang menganggapnya nggak penting.
(25 Maret 2006, almost midnight)

Tuesday, February 21, 2006

TETAPLAH MENGASIHI

Banyak orang sering mementingkan diri sendiri,
Dan bertindak yang tidak masuk akal.
Namun tetaplah mengampuni mereka.

Jika engkau baik hati,
Mungkin orang menuduh kau egois,dan berpura-pura.
Namun tetaplah menjadi baik selalu.

Jika engkau sukses,
Sering tidak menemukan banyak teman sejati yang setia,
Malah engkau lebih banyak mendapatkan musuh.
Namun tetaplah meraih kesuksesan selalu.

Jika engkau jujur dan tulus,
Mungkin orang akan menipumu.
Namun tetaplah jujur dan tulus selalu.

Apa yang engkau kerjakan bertahun-tahun,
Orang dapat menghancurkan dalam semalam.
Namun tetaplah berkarya.

Jika engkau tenang dan bahagia,
Banyak orang akan iri hati.
Namun tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau perbuat hari ini,
Sering akan dilupakan orang.
Namun tetaplah berbuat baik selalu.

Berilah yang terbaik dari apa yang kau miliki,
Mungkin orang tidak pernah merasa cukup.
Namun tetaplah memberi yang terbaik.

Maka yang menentukan pada akhirnya,
Hanya engkau dan Tuhan.
Bukan engkau dan mereka.

- Ibu Teresa –

Friday, February 17, 2006

Cermin

Beberapa waktu yang lalu, aku nonton untuk kedua kalinya film Harry Potter and The Sorcerer Stone. Ada satu bagian yang benar-benar mengetok kepalaku. Ada adegan ketika Professor Dumbledore (benar kan itu namanya?) memergoki Harry menghabiskan waktu di depan cermin ajaib yang ada di sekolah Hogwarts. Di cermin itu orang yang berdiri di depannya bisa melihat apa yang ia harapkan. Misalnya Harry melihat ia bersama orangtua yang tidak pernah ditemuinya, sedang temannya melihat ia menjadi ketua kelas. Professor bilang- nah kata-kata ini yang benar-benar dalam- cermin itu nggak bisa mewujudkan mimpi atau harapan, tapi dapat membuat orang melupakan hidup. Makanya professor berniat menyembunyikan cermin itu, agar tidak ada lagi yang menyia-nyiakan hidupnya berharap di depan cermin tersebut.

Aku rasa banyak orang menciptakan cermin ajaib dalam hidupnya masing-masing. Mungkin lebih banyak yang menyimpan kenangan dengan harapan kenangan itu kembali. Banyak orang yang menyimpan benda-benda kenangan, yang sesekali dilihat untuk mengingatkan kebahagiaan masa lalu. Banyak orang yang menyimpan barang-barang kenangan misalnya bersama mantan pacarnya atau barang-barang milik anak yang sudah meninggal untuk dilihat sesekali, meskipun itu menyakitkan. Membuka kembali sms-sms dari jaman dulu yang pernah membuat tersenyum, atau mendengarkan lagu-lagu cinta yang sedih yang mengingatkan tentang patah hati. Meskipun menyedihkan, seperti orang yang sadomasochist orang-orang akan kembali membuka kenangan itu, baik yang manis maupun pahit dan menenggelamkan diri di dalamnya.

Untukku, cermin ajaib atau kotak kenanganku adalah HPku. Aku punya kebiasaan, kalau aku merasa sepi aku akan membuka HP dan melihat kembali sms-sms yang selalu membuatku tersenyum saat melihatnya, meski isinya hanya dua atau tiga kata. Meski pengirim sms itu sekarang begitu jauh. Meski kadang menjadi menyakitkan jika ingat keadaan yang terjadi, tapi tak kupungkiri harapan itu sedikit banyak memberikan semangat. Dan pada suatu hari, secara nggak sengaja aku menghapus semua sms dari HPku. Aku bengong dibuatnya. Tapi hikmahnya adalah, aku jadi tidak menghabiskan waktu merenungi isi sms-sms itu. Bayangkan berapa banyak waktu yang kuhabiskan melenakan diriku sendiri dengan kenangan itu.

Berhentilah menyiksa diri sendiri. Aku punya hak untuk bahagia, tapi harus berjuang untuk mendapatkannya. Mungkin ini saatnya untuk tidak mengingat-ingat lagi kenangan yang tidak ada manfaatnya bagiku selain membuatku stress dan makin kurus. Memang, masa lalu lah yang membuat masa sekarang. Aku tidak menyesali apa yang terjadi, tapi cukuplah itu menjadi pelajaran.

Waktu tidak berhenti. Tapi dia berlari cepat dan meninggalkan kita. Berapa banyak waktu yang telah dihabiskan merenungi masa lalu atau mengkhayalkan masa depan? Sedangkan kita justru tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki apa yang terjadi di masa lalu, atau untuk meraih masa depan.

Michael Jackson pernah membuat lagu “Man in the Mirror”, petikannya berbunyi: If you want to make the world a better place, take a look at yourself and make the change! Jangan hanya bercermin dan merenung. Lihatlah diri sendiri dan lihat apa yang dapat kamu lakukan. Mulailah dari diri sendiri, untuk menciptakan dunia yang lebih baik, setidaknya untuk dirimu sendiri.

Misteri Illahi

Aku masih disini
Mendekap hampa di hati
Yang hingga kini menghantui
Tentang arti hidup ini

Waktu terus berputar
Tanpa bisa melawan
Manisnya segala sanjung puji
Menjadi pahit caci maki

Segala yang terjadi dalam hidupku ini
Adalah sebuah misteri Ilahi
Perihnya cobaan hanya ujian kehidupan

Lelah kaki melangkah
Sesat tiada arah
Suara hati semakin lemah
Terkikis oleh amarah

Sesaat aku tersentak
Ingin rasanya berteriak
Masihkah ada cinta tersisa
Untuk jiwa yang terlunta

Segala yang terjadi dalam hidupku ini
Adalah sebuah misteri Ilahi
Perihnya cobaan hanya ujian kehidupan

- Lagunya Ari Lasso yang dulu sempat jadi ring back tone di HPku

Monday, February 06, 2006

Friends are Unerasable

Hari gini, hampir semua temanku punya friendster (fs). Seorang teman pernah bertanya, gimana caranya menghapus seseorang yang sudah terlanjur jadi temannya di fs, kemungkinan karena saat ini hubungan mereka jadi kurang baik. Kami pun mencari ke berbagai bagian tapi tidak menemukan caranya (entah karena emang gatek atau sebenarnya memang teman yang sudah masuk tidak dapat dihapus selamanya).

Mungkin bukan hanya temanku itu yang berkeinginan menghapus temannya. Seorang teman yang lain lagi, baru-baru ini membuat account fs yang baru dengan nickname yang berbeda. Entah, mungkin karena fs yang lama dipenuhi dengan masa lalu, kenangan lama, teman lama, termasuk pacar lama. Mau dihapus ngga bisa, akhirnya dia memutuskan untuk membuat fs baru untuk dunianya yang baru.

Teman datang ke kehidupan kita, baik kita yang mencarinya atau tidak. Seperti juga di fs, kita mengundang orang untuk menjadi teman kita, atau menerima undangan dari orang yang mau menjadikan kita teman mereka. Ketika mereka masuk dalam daftar teman kita, mereka akan ada disitu selamanya.

Ada mantan pacar, mantan suami atau mantan istri, tapi tidak pernah ada mantan teman. Mungkin yang berbeda hanyalah level si teman itu bagi kita. Apakah sekedar teman kenalan, teman ngobrol mengusir sepi, teman kuliah, teman kerja, sampai sahabat sejiwa bahkan teman hidup.

Dari forward-an imel seorang teman yang sepertinya sudah beredar di berbagai milist:

Teman adalah hadiah dari Tuhan buat kita. Seperti hadiah,ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya kurang bagus. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya kurang bagus punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.

Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya kurang bagus. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama.Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.

Yang isinya kurang bagus punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll. Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua bukanlah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.


Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita.
Seorang sahabat sama seperti satu permata yg tak ternilai harganya. Seorang kawan bisa membuat kita ceria, membuat kita terhibur. Mereka meminjamkan kupingnya kepada kita pada saat kita membutuhkannya.Mereka bersedia membuka hati maupun perasaannya untuk berbagi suka dan duka dgn kita pada saat kitamembutuhkannya. Maka dari itu janganlah buang waktu yg Anda miliki, janganlah sia2 akan waktu yang sedemikian berharganya. Bagikanlah sebagian dari waktu yang Anda miliki untuk seorang kawan. Pasti waktu yg Anda berikan tersebut akan berbalik kembali seperti juga satu lingkaran walaupun terkadang kita tidak tahu dari mana dan dari siapa datangnya.
(btw, akhirnya sekitar dua minggu lalu temanku itu menemukan bagaimana cara menghapus "teman" nya tersebut--ternyata sangat mudah, hanya perlu meng-click tanda x kecil di setiap box nama dan foto si teman tersebut. Begitu mudahnya, akan tetapi akankah begitu dalam kehidupan nyata?)

Officium Nobile?

Sabtu 4 Februari 2006. Stadion Tenis Indoor Senayan. Ada lebih dari 2700 orang mengikuti ujian profesi untuk menjadi advokat, termasuk aku. Tesnya sendiri biasa aja meski ngga berarti gampang. Tapi menyenangkan juga bertemu dengan banyak teman, sesama pekerja LSM, teman kuliah, teman pendidikan advokat. Bayangkan how wonderful life would be kalau semua orang ini lulus jadi advokat kemudian jadi advokat yang memberikan bantuan hukum pro bono. Ternyata peserta juga berasal dari berbagai kalangan. Ada banyak orang yang sudah cukup berumur dan sudah tahunan berpraktek meski belum punya kartu, ada yang sebenarnya saat ini kerjaannya nggak menangani kasus seperti pegawai bank, peneliti, dosen, sekretaris, pekerja LSM. Mungkin profesi advokat masih dianggap sebagai investasi masa depan yang cukup prospektif.

Di soal testnya, ada dua pertanyaan dengan fokus yang sama, tentang sebutan advokat sebagai officium nobile atau profesi mulia. Saat ini aku bisa bilang, itu kan dulu..ketika awalnya profesi ini ada dimana bangsawan terpelajar di Inggris memberikan bantuan hukum pada orang-orang miskin dn buta hukum ketika diadili oleh raja.

Kalau sekarang…setelah profesi ini jadi lahan mencari uang dimana kantor-kantor advokat menetapkan fee tinggi sesuai dengan jam terbang, ketika pemberian bantuan hukum Cuma-Cuma hanya dijalankan sekedar menggugurkan kewajiban atau mencari popularitas, ketika advokat berlomba-lomba membuat show di media massa mempublikasikan dirinya ataupun kasus yang ditanganinya (termasuk dalam buku “11 Profil Lawyer Ibu Kota” yang kulihat beberapa hari yang lalu di sebuah toko buku besar di Depok, yang termasuk membeberkan kasus-kasus sukses yang ditangani, serta alamat kontak tak ubahnya seperti katalog belanjaan).

Dan juga, ketika untuk menjadi advokat demikian susahnya dan mahalnya, selain harus sarjana bidang hukum (secara kita tahu pendidikan bermutu demikian mahalnya, UI saja yang jelas PTN dan masuknya harus dari SPMB yang demikian sulitnya, mematok biaya 10 juta untuk mahasiswa baru fakultas hukum), harus mengikuti pendidikan advokat seharga Rp.3-5 juta, dan biaya ujian Rp.700 ribu. Belum lagi untuk yang niat dan minat, mengikuti bimbingan untuk ujian dengan biaya dari Rp.50 ribu-750 ribu. Aku harus bersyukur karena saat masuk kuliah biayanya masih Rp. 1,5 juta dan untuk semesteran dapat beasiswa, dapat kesempatan ikut pendidikan advokat khusus pekerja bantuan hukum yang tanpa biaya, ujian juga dibayari kantor (funding maksudnya). Tapi jika ditelaah, bagaimanakah akses dari masyarakat miskin untuk masuk dalam profesi ini? Lebih jauh lagi, bagaimanakah bisa diharapkan advokat baru yang telah keluarkan biaya berjuta-juta itu dapat memberikan bantuan hukum pro bono, atau setidaknya berpihak pada rakyat yang miskin dan tertindas? Apakah mereka tidak akan menjadi sekedar money maker billing machine di kantornya masing-masing supaya mencapai break even point dan membuat segalanya worth it?

Lalu, dengan banyaknya kasus pelanggaran etika profesi (jarang yang dilaporkan tentu saja kecuali ada yang dirugikan secara langsung, selain itu di Dewan Kehormatan juga akan dimintakan biaya proses, nggak mengikat sih tapi DK juga mengaku nggak punya banyak dana). Penyuapan dilakukan dimana-mana, baik terang-terangan maupun tersamar. Penipuan dan pemalsuan (bahkan saat ujian pun, ada seorang bapak disampingku yang bawa contekan. Aku memang ngga melaporkannya. Saat itu aku memikirkan, bapak ini mungkin punya keluarga, dan entah apa yang akan terjadi jika ketahuan. Tapi ya, nggak tahu kalau panitia menyadari apa ngga. Mirisnya, bagaimana bisa jadi penegak kebenaran kalau untuk ujian saja sudah nggak jujur?)

Jadi, masihkah layak advokat dianggap sebagai profesi mulia?

Buatku, semua pekerjaan yang layak dan halal punya potensi untuk menjadi profesi yang mulia. Tergantung niat dan bagaimana menjalani profesi tersebut. Ibuku sejak kecil mendorongku untuk jadi guru karena menurutnya itu adalah pekerjaan yang mulia. Argumenku, tergantung apa niatnya menjadi guru, apa memang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tujuan di konstitusi, ataukah sekedar jadi PNS dan dapat segala macam tunjangan tanpa takut dilikuidasi atau PHK seperti kalau kerja di swasta. Tukang sapu jalan juga bisa jadi profesi yang mulia jika tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat atau untuk menghidupi keluarganya dengan halal meskipun pas-pasan.

Seperti juga advokat, dikembalikan pada masing-masing person untuk menentukan apakah ia akan menjadikannya profesi mulia atau justru profesi yang hina di mata Tuhan, meski kaya raya di dunia.

Freedom...

Donna Donna
On a wagon bound for market
There's a calf with a mournful eye
High above him there’s a swallow
Winging swiftly through the sky

Refrein:
How the winds are laughing
Theylaugh with all their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summers night
Donna donna donna donna
Donna donna donna don
Donna donna donna donna
Donna donna donna da

Stop complaining said the farmer
Who told you a calf to be
Why don't you have wings to fly with
Like that swallow so proud and free

Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly

Pertama kali dengar lagu ini di film GIE, dinyanyikan oleh Sita RSD dan sampai sekarang ngga tahu lagu ini aslinya dibuat dan dinyanyikan oleh siapa. I fall in love with the song since the first time. Meskipun waktu itu belum sempat nangkap keseluruhan liriknya, tapi setidaknya dapat kata kuncinya: freedom.

Siapa Donna yang dimaksud, apakah si anak sapi (tapi katanya him?) si burung walet atau si petani aku nggak tahu. Tapi intinya adalah sebuah mimpi tentang kebebasan dari suatu pihak yang dikekang kebebasannya oleh pihak lain, yang tidak pernah dapat menentukan nasibnya sendiri, bahkan alasan atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Waktu kecil, aku sering mengkhayalkan punya sayap yang akan membawaku terbang bebas kemanapun aku mau (sampai sekarang juga sih kadang-kadang kalau lagi macet abis-abisan dan sudah telat :p). Makanya juga aku ngga mendukung saat bapakku mempelihara burung di rumah, sampai satu per satu burung itu mati dan akhirnya dihibahkan pada orang lain. Tentang si “Donna” aku memang bukan vegetarian yang pantangan makan produk hewan, jadi ketika mereka memang masuk dalam rantai makanan ya sudahlah. Setiap makhluk kan punya tugas masing-masing di dunia ini dan posisinya sendiri dalam rantai makanan. Tapi ketika manusia mengekang kebebasan makhluk lain hanya untuk kesenangannya seperti orang-orang yang memelihara binatang peliharaan yang dikodratkan untuk hidup bebas, itu jadi tidak adil.

Untuk manusia sendiri yang katanya punya akal dan kehendak bebas, berapa banyak kah yang sudah terbebaskan? Pada kenyataannya masih sangat banyak orang yang tertindas dan tak berdaya melawan ketertindasannya. Entah ketertindasan dalam hal ekonomi, politik, sistem atau bahkan budaya.