Tuesday, February 21, 2006

TETAPLAH MENGASIHI

Banyak orang sering mementingkan diri sendiri,
Dan bertindak yang tidak masuk akal.
Namun tetaplah mengampuni mereka.

Jika engkau baik hati,
Mungkin orang menuduh kau egois,dan berpura-pura.
Namun tetaplah menjadi baik selalu.

Jika engkau sukses,
Sering tidak menemukan banyak teman sejati yang setia,
Malah engkau lebih banyak mendapatkan musuh.
Namun tetaplah meraih kesuksesan selalu.

Jika engkau jujur dan tulus,
Mungkin orang akan menipumu.
Namun tetaplah jujur dan tulus selalu.

Apa yang engkau kerjakan bertahun-tahun,
Orang dapat menghancurkan dalam semalam.
Namun tetaplah berkarya.

Jika engkau tenang dan bahagia,
Banyak orang akan iri hati.
Namun tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau perbuat hari ini,
Sering akan dilupakan orang.
Namun tetaplah berbuat baik selalu.

Berilah yang terbaik dari apa yang kau miliki,
Mungkin orang tidak pernah merasa cukup.
Namun tetaplah memberi yang terbaik.

Maka yang menentukan pada akhirnya,
Hanya engkau dan Tuhan.
Bukan engkau dan mereka.

- Ibu Teresa –

Friday, February 17, 2006

Cermin

Beberapa waktu yang lalu, aku nonton untuk kedua kalinya film Harry Potter and The Sorcerer Stone. Ada satu bagian yang benar-benar mengetok kepalaku. Ada adegan ketika Professor Dumbledore (benar kan itu namanya?) memergoki Harry menghabiskan waktu di depan cermin ajaib yang ada di sekolah Hogwarts. Di cermin itu orang yang berdiri di depannya bisa melihat apa yang ia harapkan. Misalnya Harry melihat ia bersama orangtua yang tidak pernah ditemuinya, sedang temannya melihat ia menjadi ketua kelas. Professor bilang- nah kata-kata ini yang benar-benar dalam- cermin itu nggak bisa mewujudkan mimpi atau harapan, tapi dapat membuat orang melupakan hidup. Makanya professor berniat menyembunyikan cermin itu, agar tidak ada lagi yang menyia-nyiakan hidupnya berharap di depan cermin tersebut.

Aku rasa banyak orang menciptakan cermin ajaib dalam hidupnya masing-masing. Mungkin lebih banyak yang menyimpan kenangan dengan harapan kenangan itu kembali. Banyak orang yang menyimpan benda-benda kenangan, yang sesekali dilihat untuk mengingatkan kebahagiaan masa lalu. Banyak orang yang menyimpan barang-barang kenangan misalnya bersama mantan pacarnya atau barang-barang milik anak yang sudah meninggal untuk dilihat sesekali, meskipun itu menyakitkan. Membuka kembali sms-sms dari jaman dulu yang pernah membuat tersenyum, atau mendengarkan lagu-lagu cinta yang sedih yang mengingatkan tentang patah hati. Meskipun menyedihkan, seperti orang yang sadomasochist orang-orang akan kembali membuka kenangan itu, baik yang manis maupun pahit dan menenggelamkan diri di dalamnya.

Untukku, cermin ajaib atau kotak kenanganku adalah HPku. Aku punya kebiasaan, kalau aku merasa sepi aku akan membuka HP dan melihat kembali sms-sms yang selalu membuatku tersenyum saat melihatnya, meski isinya hanya dua atau tiga kata. Meski pengirim sms itu sekarang begitu jauh. Meski kadang menjadi menyakitkan jika ingat keadaan yang terjadi, tapi tak kupungkiri harapan itu sedikit banyak memberikan semangat. Dan pada suatu hari, secara nggak sengaja aku menghapus semua sms dari HPku. Aku bengong dibuatnya. Tapi hikmahnya adalah, aku jadi tidak menghabiskan waktu merenungi isi sms-sms itu. Bayangkan berapa banyak waktu yang kuhabiskan melenakan diriku sendiri dengan kenangan itu.

Berhentilah menyiksa diri sendiri. Aku punya hak untuk bahagia, tapi harus berjuang untuk mendapatkannya. Mungkin ini saatnya untuk tidak mengingat-ingat lagi kenangan yang tidak ada manfaatnya bagiku selain membuatku stress dan makin kurus. Memang, masa lalu lah yang membuat masa sekarang. Aku tidak menyesali apa yang terjadi, tapi cukuplah itu menjadi pelajaran.

Waktu tidak berhenti. Tapi dia berlari cepat dan meninggalkan kita. Berapa banyak waktu yang telah dihabiskan merenungi masa lalu atau mengkhayalkan masa depan? Sedangkan kita justru tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki apa yang terjadi di masa lalu, atau untuk meraih masa depan.

Michael Jackson pernah membuat lagu “Man in the Mirror”, petikannya berbunyi: If you want to make the world a better place, take a look at yourself and make the change! Jangan hanya bercermin dan merenung. Lihatlah diri sendiri dan lihat apa yang dapat kamu lakukan. Mulailah dari diri sendiri, untuk menciptakan dunia yang lebih baik, setidaknya untuk dirimu sendiri.

Misteri Illahi

Aku masih disini
Mendekap hampa di hati
Yang hingga kini menghantui
Tentang arti hidup ini

Waktu terus berputar
Tanpa bisa melawan
Manisnya segala sanjung puji
Menjadi pahit caci maki

Segala yang terjadi dalam hidupku ini
Adalah sebuah misteri Ilahi
Perihnya cobaan hanya ujian kehidupan

Lelah kaki melangkah
Sesat tiada arah
Suara hati semakin lemah
Terkikis oleh amarah

Sesaat aku tersentak
Ingin rasanya berteriak
Masihkah ada cinta tersisa
Untuk jiwa yang terlunta

Segala yang terjadi dalam hidupku ini
Adalah sebuah misteri Ilahi
Perihnya cobaan hanya ujian kehidupan

- Lagunya Ari Lasso yang dulu sempat jadi ring back tone di HPku

Monday, February 06, 2006

Friends are Unerasable

Hari gini, hampir semua temanku punya friendster (fs). Seorang teman pernah bertanya, gimana caranya menghapus seseorang yang sudah terlanjur jadi temannya di fs, kemungkinan karena saat ini hubungan mereka jadi kurang baik. Kami pun mencari ke berbagai bagian tapi tidak menemukan caranya (entah karena emang gatek atau sebenarnya memang teman yang sudah masuk tidak dapat dihapus selamanya).

Mungkin bukan hanya temanku itu yang berkeinginan menghapus temannya. Seorang teman yang lain lagi, baru-baru ini membuat account fs yang baru dengan nickname yang berbeda. Entah, mungkin karena fs yang lama dipenuhi dengan masa lalu, kenangan lama, teman lama, termasuk pacar lama. Mau dihapus ngga bisa, akhirnya dia memutuskan untuk membuat fs baru untuk dunianya yang baru.

Teman datang ke kehidupan kita, baik kita yang mencarinya atau tidak. Seperti juga di fs, kita mengundang orang untuk menjadi teman kita, atau menerima undangan dari orang yang mau menjadikan kita teman mereka. Ketika mereka masuk dalam daftar teman kita, mereka akan ada disitu selamanya.

Ada mantan pacar, mantan suami atau mantan istri, tapi tidak pernah ada mantan teman. Mungkin yang berbeda hanyalah level si teman itu bagi kita. Apakah sekedar teman kenalan, teman ngobrol mengusir sepi, teman kuliah, teman kerja, sampai sahabat sejiwa bahkan teman hidup.

Dari forward-an imel seorang teman yang sepertinya sudah beredar di berbagai milist:

Teman adalah hadiah dari Tuhan buat kita. Seperti hadiah,ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya kurang bagus. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik. Yang bungkusnya kurang bagus punya wajah biasa saja, atau kepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.

Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya kurang bagus. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama.Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.

Yang isinya kurang bagus punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll. Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa itu semua bukanlah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.


Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita.
Seorang sahabat sama seperti satu permata yg tak ternilai harganya. Seorang kawan bisa membuat kita ceria, membuat kita terhibur. Mereka meminjamkan kupingnya kepada kita pada saat kita membutuhkannya.Mereka bersedia membuka hati maupun perasaannya untuk berbagi suka dan duka dgn kita pada saat kitamembutuhkannya. Maka dari itu janganlah buang waktu yg Anda miliki, janganlah sia2 akan waktu yang sedemikian berharganya. Bagikanlah sebagian dari waktu yang Anda miliki untuk seorang kawan. Pasti waktu yg Anda berikan tersebut akan berbalik kembali seperti juga satu lingkaran walaupun terkadang kita tidak tahu dari mana dan dari siapa datangnya.
(btw, akhirnya sekitar dua minggu lalu temanku itu menemukan bagaimana cara menghapus "teman" nya tersebut--ternyata sangat mudah, hanya perlu meng-click tanda x kecil di setiap box nama dan foto si teman tersebut. Begitu mudahnya, akan tetapi akankah begitu dalam kehidupan nyata?)

Officium Nobile?

Sabtu 4 Februari 2006. Stadion Tenis Indoor Senayan. Ada lebih dari 2700 orang mengikuti ujian profesi untuk menjadi advokat, termasuk aku. Tesnya sendiri biasa aja meski ngga berarti gampang. Tapi menyenangkan juga bertemu dengan banyak teman, sesama pekerja LSM, teman kuliah, teman pendidikan advokat. Bayangkan how wonderful life would be kalau semua orang ini lulus jadi advokat kemudian jadi advokat yang memberikan bantuan hukum pro bono. Ternyata peserta juga berasal dari berbagai kalangan. Ada banyak orang yang sudah cukup berumur dan sudah tahunan berpraktek meski belum punya kartu, ada yang sebenarnya saat ini kerjaannya nggak menangani kasus seperti pegawai bank, peneliti, dosen, sekretaris, pekerja LSM. Mungkin profesi advokat masih dianggap sebagai investasi masa depan yang cukup prospektif.

Di soal testnya, ada dua pertanyaan dengan fokus yang sama, tentang sebutan advokat sebagai officium nobile atau profesi mulia. Saat ini aku bisa bilang, itu kan dulu..ketika awalnya profesi ini ada dimana bangsawan terpelajar di Inggris memberikan bantuan hukum pada orang-orang miskin dn buta hukum ketika diadili oleh raja.

Kalau sekarang…setelah profesi ini jadi lahan mencari uang dimana kantor-kantor advokat menetapkan fee tinggi sesuai dengan jam terbang, ketika pemberian bantuan hukum Cuma-Cuma hanya dijalankan sekedar menggugurkan kewajiban atau mencari popularitas, ketika advokat berlomba-lomba membuat show di media massa mempublikasikan dirinya ataupun kasus yang ditanganinya (termasuk dalam buku “11 Profil Lawyer Ibu Kota” yang kulihat beberapa hari yang lalu di sebuah toko buku besar di Depok, yang termasuk membeberkan kasus-kasus sukses yang ditangani, serta alamat kontak tak ubahnya seperti katalog belanjaan).

Dan juga, ketika untuk menjadi advokat demikian susahnya dan mahalnya, selain harus sarjana bidang hukum (secara kita tahu pendidikan bermutu demikian mahalnya, UI saja yang jelas PTN dan masuknya harus dari SPMB yang demikian sulitnya, mematok biaya 10 juta untuk mahasiswa baru fakultas hukum), harus mengikuti pendidikan advokat seharga Rp.3-5 juta, dan biaya ujian Rp.700 ribu. Belum lagi untuk yang niat dan minat, mengikuti bimbingan untuk ujian dengan biaya dari Rp.50 ribu-750 ribu. Aku harus bersyukur karena saat masuk kuliah biayanya masih Rp. 1,5 juta dan untuk semesteran dapat beasiswa, dapat kesempatan ikut pendidikan advokat khusus pekerja bantuan hukum yang tanpa biaya, ujian juga dibayari kantor (funding maksudnya). Tapi jika ditelaah, bagaimanakah akses dari masyarakat miskin untuk masuk dalam profesi ini? Lebih jauh lagi, bagaimanakah bisa diharapkan advokat baru yang telah keluarkan biaya berjuta-juta itu dapat memberikan bantuan hukum pro bono, atau setidaknya berpihak pada rakyat yang miskin dan tertindas? Apakah mereka tidak akan menjadi sekedar money maker billing machine di kantornya masing-masing supaya mencapai break even point dan membuat segalanya worth it?

Lalu, dengan banyaknya kasus pelanggaran etika profesi (jarang yang dilaporkan tentu saja kecuali ada yang dirugikan secara langsung, selain itu di Dewan Kehormatan juga akan dimintakan biaya proses, nggak mengikat sih tapi DK juga mengaku nggak punya banyak dana). Penyuapan dilakukan dimana-mana, baik terang-terangan maupun tersamar. Penipuan dan pemalsuan (bahkan saat ujian pun, ada seorang bapak disampingku yang bawa contekan. Aku memang ngga melaporkannya. Saat itu aku memikirkan, bapak ini mungkin punya keluarga, dan entah apa yang akan terjadi jika ketahuan. Tapi ya, nggak tahu kalau panitia menyadari apa ngga. Mirisnya, bagaimana bisa jadi penegak kebenaran kalau untuk ujian saja sudah nggak jujur?)

Jadi, masihkah layak advokat dianggap sebagai profesi mulia?

Buatku, semua pekerjaan yang layak dan halal punya potensi untuk menjadi profesi yang mulia. Tergantung niat dan bagaimana menjalani profesi tersebut. Ibuku sejak kecil mendorongku untuk jadi guru karena menurutnya itu adalah pekerjaan yang mulia. Argumenku, tergantung apa niatnya menjadi guru, apa memang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tujuan di konstitusi, ataukah sekedar jadi PNS dan dapat segala macam tunjangan tanpa takut dilikuidasi atau PHK seperti kalau kerja di swasta. Tukang sapu jalan juga bisa jadi profesi yang mulia jika tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat atau untuk menghidupi keluarganya dengan halal meskipun pas-pasan.

Seperti juga advokat, dikembalikan pada masing-masing person untuk menentukan apakah ia akan menjadikannya profesi mulia atau justru profesi yang hina di mata Tuhan, meski kaya raya di dunia.

Freedom...

Donna Donna
On a wagon bound for market
There's a calf with a mournful eye
High above him there’s a swallow
Winging swiftly through the sky

Refrein:
How the winds are laughing
Theylaugh with all their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summers night
Donna donna donna donna
Donna donna donna don
Donna donna donna donna
Donna donna donna da

Stop complaining said the farmer
Who told you a calf to be
Why don't you have wings to fly with
Like that swallow so proud and free

Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly

Pertama kali dengar lagu ini di film GIE, dinyanyikan oleh Sita RSD dan sampai sekarang ngga tahu lagu ini aslinya dibuat dan dinyanyikan oleh siapa. I fall in love with the song since the first time. Meskipun waktu itu belum sempat nangkap keseluruhan liriknya, tapi setidaknya dapat kata kuncinya: freedom.

Siapa Donna yang dimaksud, apakah si anak sapi (tapi katanya him?) si burung walet atau si petani aku nggak tahu. Tapi intinya adalah sebuah mimpi tentang kebebasan dari suatu pihak yang dikekang kebebasannya oleh pihak lain, yang tidak pernah dapat menentukan nasibnya sendiri, bahkan alasan atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Waktu kecil, aku sering mengkhayalkan punya sayap yang akan membawaku terbang bebas kemanapun aku mau (sampai sekarang juga sih kadang-kadang kalau lagi macet abis-abisan dan sudah telat :p). Makanya juga aku ngga mendukung saat bapakku mempelihara burung di rumah, sampai satu per satu burung itu mati dan akhirnya dihibahkan pada orang lain. Tentang si “Donna” aku memang bukan vegetarian yang pantangan makan produk hewan, jadi ketika mereka memang masuk dalam rantai makanan ya sudahlah. Setiap makhluk kan punya tugas masing-masing di dunia ini dan posisinya sendiri dalam rantai makanan. Tapi ketika manusia mengekang kebebasan makhluk lain hanya untuk kesenangannya seperti orang-orang yang memelihara binatang peliharaan yang dikodratkan untuk hidup bebas, itu jadi tidak adil.

Untuk manusia sendiri yang katanya punya akal dan kehendak bebas, berapa banyak kah yang sudah terbebaskan? Pada kenyataannya masih sangat banyak orang yang tertindas dan tak berdaya melawan ketertindasannya. Entah ketertindasan dalam hal ekonomi, politik, sistem atau bahkan budaya.